Kamis, 10 Februari 2011

Desa Siaga TORCH : Pembentukan Desa Percontohan Siaga Infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes Simplex Virus) Berbasis Pemberdayaan Komunitas di Dusun Sanggrahan, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah.

A.                JUDUL
                 Desa Siaga TORCH : Pembentukan Desa Percontohan Siaga Infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes Simplex Virus) Berbasis Pemberdayaan Komunitas di Dusun Sanggrahan, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah.
B.                 LATAR BELAKANG MASALAH
Infeksi penyakit TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes Simplex Virus) merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Penyakit ini lebih banyak menyerang lapisan masyarakat menengah ke bawah akibat minimnya kesadaran untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan sosialisasi yang kurang merata. Menurut Demmler (1991) sekitar 0,5-2% bayi setiap tahunnya terdeteksi menderita satu atau lebih penyakit yang termasuk dalam kategori TORCH. Peluang infeksi bahkan meningkat menjadi 30-40 selama masa kehamilan yang terjadi pada usia tua (Kenneson and Cannon, 2007).
Tingginya persentase kematian dan infeksi TORCH setiap tahunnya di Indonesia dapat dicegah dengan melakukan deteksi dini infeksi TORCH dan mengusahakan perawatan yang memadai. Salah satu kendala utama yaitu institusi kesehatan yang masih belum mempunyai peralatan memadai untuk melakukan diagnosa. Berdasarkan Kovacs et al., (1999) jumlah pasien TORCH yang tertangani dengan baik di Indonesia hanya mencapai 1% persen dari jumlah total penderita. Oleh karena itu tindakan pencegahan kasus infeksi dan penyembuhan penderita TORCH perlu dilakukan secara massif dan melibatkan masyarakat secara aktif melalui program pemberdayaan masyarakat berbasiskan komunitas.
Deteksi dini dan ketersediaan informasi yang memadai merupakan salah satu agenda penting untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2020.  Data yang diperoleh dari Kepala Dinas Kesehatan Magelang (2010) menyebutkan bahwa upaya pendataan dan penanganan terhadap penderita maupun calon penderita TORCH masih minim. Untuk itulah dalam upaya inisiasi untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat akan penyakit TORCH ini mencoba melibatkan masyarakat untuk dapat berpartisipasi aktif dan lebih mandiri.
Pembentukan kader peduli penyakit dan penderita TORCH melalui pemberdayaan komunitas di Dusun Sanggrahan ini diharapkan dapat menjadi program percontohan untuk desa lain yang ada di Indonesia. Kader yang terbentuk akan menjadi agen penyebaran informasi mengenai pentingnya kewaspadaan akan potensi suatu daerah menjadi wadah endemik infeksi TORCH.
C.                PERUMUSAN MASALAH
Deteksi dini, ketersediaan informasi dan penanganan yang tepat merupakan syarat mutlak untuk mencegah peningkatan infeksi dan kematian penderita TORCH. Upaya ini akan cukup sulit direalisasikan apabila hanya bergantung kepada inisiatif pemerintah melalui institusi kesehatan terkait. Dibutuhkan adanya suatu program swadaya berbasis komunitas yang melibatkan masyarakat lokal untuk dapat menjadi kader yang sudah terbekali dengan informasi yang memadai mengenai TORCH.
D.                TUJUAN
     Program ini bertujuan untuk :
1.    Mengajarkan kepada kader mengenai metode deteksi antisipatif dan penanganan penderita TORCH.
2.    Mewujudkan desa percontohan siaga TORCH melalui metode berbasis komunitas dalam rangka memupuk kesadaran dan kemandirian menuju Indonesia Sehat 2020.
3.    Membentuk kader yang dapat melakukan sosialisasi mengenai pentingnya kewaspadaan terhadap infeksi TORCH secara mandiri.
E.                 LUARAN YANG DIHARAPKAN
     Luaran yang akan dihasilkan dari kegiatan ini adalah :
1.    Kader yang paham mengenai metode deteksi antisipatif dan penanganan penderita TORCH.
2.    Terwujudnya Dusun Sanggrahan sebagai percontohan desa siaga TORCH dalam rangka mewujudkan Indonesia Bebas 2020.
3.    Kader yang dapat mensosialisasikan pentingnya kewaspadaan terhadap infeksi TORCH secara mandiri.
4.    Media yang berisi panduan deteksi antisipatif TORCH serta interpretasinya. Media ini dibuat dengan bahasa dan gambar yang mudah dipahami serta menarik agar setiap kader tertarik untuk membaca dan mengaplikasikannya.
5.    Desain dan sistem pembentukan kader mandiri dengan metode pemberdayaan komunitas untuk mencegah kasus infeksi TORCH.
F.                 KEGUNAAN
1.    Bagi Masyarakat Luas
a.     Mewujudkan sebuah sistem deteksi antisipatif TORCH di masyarakat melalui media yang informatif dan aplikatif.
b.         Membentuk kader mandiri dengan metode pemberdayaan komunitas penanganan penderita dan calon penderita TORCH.
2.    Bagi Pemerintah
a.         Mendorong pemerintah untuk menemukan terobosan baru dalam upaya pencegahan infeksi TORCH di Indonesia.
b.         Dalam jangka panjang, mendukung pemerintah dalam upaya menurunkan angka kematian akibat TORCH di Indonesia dan mewujudkan Indonesia bebas TORCH 2045.
3.    Bagi Mahasiswa
a.         Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh mahasiswa dari materi perkuliahan
b.         Mendorong mahasiswa berpikir aktif dan kritis dalam menanggapi permasalahan yang ada dalam masyarakat.
G.       GAMBARAN UMUM MASYARAKAT
Dusun Sanggrahan merupakan salah satu dusun di Desa Mungkid, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Luas Dusun Sanggrahan sekitar 0.5 km2 yang terdiri dari 8 RT. Jumlah penduduk Dusun Sanggrahan kurang lebih 225 orang. Penduduk di dusun ini pada umumnya memiliki mata pencaharian sebagai pegawai negeri sipil dan swasta. Status sosial penduduk rata-rata golongan menegah dan menengah ke atas. Hal ini ditunjukkan dari jumlah penduduk yang menerima raskin sebanyak 31 orang. Penduduk Dusun Sanggrahan memiliki kepedulian tinggi terhadap kesehatan yang dibuktikan dengan terpilihnya Desa Mungkid (merupakan induk dari Dusun Sanggrahan) sebagai Desa Siaga sejak tahun 2007 dan Percontohan Lansia di Kabupaten Magelang. Selain itu, Desa ini merupakan salah satu pemenang dalam Perlombaan Desa dan Kelurahan Tingkat Propinsi Seluruh Indonesia tahun 2007. Dari data kependudukan ini dapat diketahui bahwa Dusun Sanggrahan secara khusus dan Desa Mungkid secara umum termasuk dalam kategori dusun dan desa yang maju.
Masyakat Dusun Sanggrahan memiliki tingkat kesadaran terhadap kesehatan yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dari status pendidikan terakhir yang mayoritas SMA. Tingkat pengetahuan yang tinggi sangat membantu dalam pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini. Fasilitas kesehatan di Dusun Sanggrahan terdiri dari Puskesmas dan Posyandu. Posyandu terbagi atas posyandu balita dan posyandu lansia. Petugas kesehatan umumnya dibantu oleh pensiunan pejabat kesehatan. Tenaga medis seperti dokter yang bertugas di Dusun Sanggrahan umunya adalah dokter teladan. Hal tersebut dikarenakan pemahaman mengenai TORCH akan efektif jika sasarannya masyarakat dengan tingkat pengetahuan baik dan fasilitas kesehatan yang memadai.
Infeksi TORCH sangat erat kaitannya dengan sektor peternakan dan perkebunan. Parasit dan virus dapat tertular dari media yang ada di sektor-sektor tersebut. Penggunaan sarung tangan dan menjaga kebersihan jika tidak digalakkan dalam sektor peternakan dan perkebunan dapat mengakibatkan pelbagai macam parasit dan virus masuk ke dalam tubuh manusia. Dusun Sanggrahan tidak memiliki sektor peternakan, namun peternakan terdekat di Dusun Sirat dan Mungkid 2 (termasuk wilayah jangkauan Desa Mungkid). Peternakan ayam perseorangan terdapat di Dusun Sirat, sedangkan di Dusun Mungkid 2 terdapat peternakan sapi. Keberadaan dua dusun tersebut dapat menjadi salah satu tujuan sosialisasi, khususnya pada peternak ayam dan sapi.
Dalam gambaran umum masyarakat Dusun Sanggrahan secara khusus dan Desa Mungkid secara umum dapat disimpulkan bahwa daerah sasaran dalam mewujudkan program pengabdian masyarakat ini sudah memenuhi prasyarat pembentukan komunitas, antara lain (1) tingkat pendidikan menengah ke atas, (2) tingkat kepedulian terhadap kesehatan yang tinggi, dan (3) disiplin dalam menjalani pelbagai kegiatan yang disosialisasikan oleh pelbagai instansi
Dengan terpenuhi syarat tersebut maka diharapkan masyarakat dapat menjadi “Agen Desa Siaga TORCH” yang bertugas untuk menyampaikan pengetahuan mengenai TORCH kepada masyarakat desa lain yang merupakan endemik infeksi TORCH. Program ini merupakan inisiasi pembentukan komunitas yang didirikan di Dusun Sanggrahan. Komunitas ini diharapkan dapat menjadi sarana informasi masyarakat sekitar untuk mengetahui lebih dalam mengenai infekssi TORCH.
H.       METODE PELAKSANAAN PROGRAM
Berikut tahap-tahap pelaksanaan program Pembentukan Desa Percontohan Siaga Infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes Simplex Virus) berbasis Pemberdayaan Komunitas:
Tahap Pre-Pelaksanaan Program :
1.      Melakukan survey terkait lokasi yang rentan terhadap infeksi TORCH namun belum terdapat kesadaran dan informasi mengenai metode penanganan TORCH secara antisipatif.
2.      Mencari informasi tentang perkumpulan masyarakat di daerah Sanggrahan Mungkid Magelang. Hal ini dimaksudkan untuk bisa melakukan estimasi jumlah kader yang bisa dibentuk di tiap-tiap daerah.
3.      Menemui pemerintah daerah setempat untuk meminta izin dan memberikan gambaran tentang  program pemberdayaan masyarakat ini.
4.      Bekerjasama dengan dinas kesehatan setempat untuk melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat sasaran.
5.      Membuat dan mendisain modul dan media sosialisasi tentang TORCH.
6.      Membuat disain penyampaian materi dan kurikulum kepada kader.
7.      Menyiapkan formulir registrasi yang akan mendata semua penduduk yang rentan terhadap infeksi TORCH.
Pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini secara umum terdiri dari empat tahap yaitu :
1.                  Sosialisasi
Sosialisasi merupakan sarana utama untuk menyampaikan informasi terkait kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan selama pekan kreatifitas mahasiswa. Tahapan ini dilakukan untuk menarik minat masyarakat sasaran dalam mempelajari ilmu TORCH sebagai dasar pengetahuan upaya menciptakan desa siaga TORCH. Adapun tahap pertama ini dibagi kedalam beberapa kegiatan :
a.    Publikasi
Publikasi dilakukan menggunakan media cetak berupa buku saku yang berjudul “Ada Apa Dengan TORCH?”, pin, brosur kegiatan, stiker, poster, banner, umbul-umbul, baliho dan spanduk. Selain menggunakan media cetak, publikasi dilakukan melalui media elektronik berupa siaran televisi, dan radio. Publikasi pertama kali dilakukan menggunakan metode sensus. Panita mendatangani setiap rumah dan mencatat jumlah anggota keluarga, jenis kelamin, usia dan riwayat penyakit. Setelah mendata secara lengkap, setiap kepala rumah tangga mendapatkan buku saku, stiker, dan brosur kegiatan sebagai sarana informasi non verbal mengenai TORCH dan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memberikan kuisioner pemahaman masyarakat terhadap TORCH dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Data akan dianalisis sebagai penunjang tingkat keberhasilan kegiatan dan mengetahui tingkat minat masyarakat terhadap kegiatan ini.
b.         Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan sebagai follow up dari publikasi yang telah dilaksanakan. Kegiatannya dilakukan di balai desa bekerjasama dengan perangkat desa setempat. Kegiatan berupa penyuluhan singkat mengenai bahaya TORCH dan pencegahannya. Penyuluhan menggunakan metode presentasi yang dilakukan oleh penyuluh. Kegiatan ini bertujuan sebagai langkah awal membentuk pemahaman yang seragam pada masyarakat sasaran.
Evaluasi dilakukan dengan membagikan kuisioner tingkat kepemahaman masyarakat paska penyuluhan dan minat masyarakat untuk mengikuti kegiatan selanjutnya. Data akan dianalisis sebagai interpretasi keberhasilan kegiatan.
c.          Kuliah Singkat
Kuliah singkat dilakukan dalam empat kali pertemuan. Materi kuliah terdiri dari ilmu mengenai Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex Virus. Masing-masing ilmu disampaikan dalam waktu ajar 2-3 jam. Metode penyampaian TCL (Teacher Center Learning) yaitu penyampai materi sebagai pusat dalam kuliah singkat.
Evaluasi dilakukan dengan membagikan kuisioner tingkat kepemahaman masyarakat setelah mengikuti kuliah singkat dan minat masyarakat untuk mengikuti kegiatan selanjutnya. Data akan dianalisis sebagai interpretasi keberhasilan kegiatan.

2.                   Screening TORCH
Screening dilakukan dengan pemeriksaan darah masyarakat yang bersedia memeriksakan diri. Guna mengefisienkan biaya, masyarakat dapat memilih jenis infeksi yang akan diperiksa. Untuk mengatasi tingginya biaya pemeriksaan, kegiatan ini didukung dengan adanya kartu periksa TORCH. Kartu tersebut menggolongkan masyarakat berdasarkan pendapatan perbulan kepala keluarga. Adapun maksud pembuatan kartu ini untuk memfasilitasi masyarakat secara umum untuk melakukan pemeriksaan tanpa kendala biaya yang mahal. Kegiatan screening dilakukan di balai desa dengan kegiatan penunjang berupa bazar bebas TORCH. Bazar ini menyajikan pelbagai produk bebas TORCH berupa makanan, alat peternakan, alat perkebunan dan lainnya. Selain itu juga dilakukan kegiatan hiburan upaya menyemarakan kegiatan dan menarik minat masyarakat untuk memeriksakan diri. Pemeriksaan dilakukan oleh tenaga medis yang berkerjasama dalam kegiatan ini.
Evaluasi kegiatan ini dilakukan dengan penghitungan jumlah pengunjung dan masyarakat yang memeriksakan diri. Data yang didapatkan akan dianalisis untuk melihat presentase minat masyarakat sasaran dalam kegiatan ini.
3.         TORCH Camp
        Kegiatan ini merupakan follow up dari kegiatan screening sebelumnya. Masyarakat yang telah diperiksa akan dibagikan hasil laboratorium seminggu setelah pengambilan darah. Setelah itu masyarakat melakukan konsultasi pribadi kepada tenaga yang berwenang. Paska konsultasi masyarakat dapat mengikuti TORCH Camp, baik yang terinfeksi ataupun tidak.
        TORCH Camp ini merupakan sarana pelatihan menggunakan terapi psikospiritual guna membangun semangat masyarakat untuk sembuh dan hidup sehat bebas TORCH. Penyembuhan dan pencegahan TORCH pada umumnya membutuhkan dana yang besar. Satu jenis penyembuhan tidak menjadi ukuran kesembuhan yang mutlak. Pada umumnya, penderita TORCH melakukan berbagai macam pengobatan. Metode terapi ini menggabungkan beberapa jenis pengobatan baik secara medis, maupun alternatif. Kekuatan dari metode ini adalah pembangunan psikis dan spiritual. Adapun rincian kegiatan ini terdiri dari 6 tahap :
        Tahap pertama, relaksasi saraf pasien melalui terapi musik. Relaksasi adalah salah satu teknik di dalam terapi perilaku. Burn (dikutip oleh Beech dkk., 1982, dalam Prawitasari dkk., 2002) melaporkan beberapa keuntungan yang diperoleh latihan relaksasi. Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang berlebihan karena adanya stres. Masalah-masalah yang berhubungan dengan stres seperti hipertensi, sakit kepala, dan insomnia dapat dikurangi atau diobati dengan relaksasi. Relaksasi juga dapat mengurangi tingkat kecemasan dan keluhan fisik (Prawitasari, 1988, dalam Prawitasari dkk., 2002).    Terapi musik begitu signifikan dalam upaya menyembuhkan, menyehatkan, dan mencerdaskan pribadi manusia. Menurut Campbel (2001), musik mampu menghasilkan stimulan yang bersifat ritmis. Ritme internal ini mempengaruhi metabolisme tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung dengan lebih baik. Metabolisme yang lebih baik akan mengakibatkan tubuh mampu membangun sistem kekebalan yang lebih baik. Dengan sistem kekebalan yang lebih baik, tubuh menjadi lebih tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit. Pada tahap ini kenyamanan pasien diharapkan optimal, agar memudahkan di tahap-tahap selanjutnya.
        Tahap kedua, peserta bercerita tentang riwayat kesehatannya, diharapkan setiap peserta yang mendaftar memiliki loyalitas untuk saling berbagi. Dalam hal ini terapis menggunakan musik dianggap mampu merasakan lebih terhadap sensasi berpikir dan mendengarkan sesuatu.
        Tahap ketiga, terapis akan memandu kegiatan untuk membangun energi positif. Tiga tahap ini disebut Terapi Psikis dan tahap keempat adalah Terapi Spiritual.
           Tahap keempat, peserta kembali dikondisikan dalam keadaan psikis yang stabil. Kegiatan spiritual antara lain adalah muhasabah, materi kajian oleh psikiolog yang memiliki latar belakang di dunia medis. Tahap ini diharapkan mampu meningkatkan rasa syukur dan optimisme untuk sembuh. Bahwa kekuatan tertinggi itu adalah kehendak Sang Pencipta atas diri kita. Setelah itu, terapis membangkitkan semangat peserta kembali. Hal ini diharapkan telah mengokohkan bangunan psikis dan spiritual peserta.
        Tahap kelima, pengubahan pola hidup dan pola makan. Terapis akan mengkondisikan peserta dengan pola hidup dan makan yang sesuai untuk terapi penyembuhan TORCH. Pola hidup yang dimaksud adalah menjaga kebersihan lebih ekstra dan peka. Memakai alat pelindung jika berkegiatan dengan sumber-sumber yang dapat menyebabkan infeksi TORCH, seperti berkebun dan berternak. Tahap ini dilakukan melalui pelbagai jenis permainan.
        Metode ini akan menjadi sebuah solusi nyata menuju kehidupan yang sehat dan teratur. Memanfaatkan sebuah pernyataan umum “Obat adalah Sugesti Positif” maka metode ini akan menghadirkan sugesti positif dalam bentuk berbeda.
        Kegiatan ini dilaksanakan selama 2 hari 1 malam dengan mengkondisikan peserta setiap kelompok tinggal dalam satu atap. Tempat yang akan digunakan adalah rumah masyarakat. Di dalam rumah selain tempat istirahat juga digunakan sebagai sarana sosialisasi dalam menerapkan pola hidup sehat bebas TORCH. Dalam setiap rumah dapat dihuni oleh orang-orang yang berbeda latar belakang dan berbaur dengan penghuni yang juga mengikuti kegiatan ini. Kegiatan dilakukan dengan sasaran peserta kalangan umum, tidak terbatas pada daerah sasaran. Kegiatan ini membuka peluang untuk masyarakat luar ikut berpartisipasi.
        Evaluasi kegiatan ini dilakukan dengan membagikan kuisioner mengenai tingkat pemahaman masyarakat terhadap pola hidup sehat bebas TORCH. Data akan dianalisis sebagai interpretasi keberhasilan kegiatan.
4.         Pembentukan Komunitas
        Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan diakhiri dengan pembentukan komunitas pemuda peduli TORCH. Masyarakat diminta secara personal untuk dapat berpartisipasi lebih lanjut untuk pelbagai kegiatan sosial yang berkaitan dengan TORCH. Hal ini dilakukan upaya mensosialisasikan TORCH agar masyarakat Indonesia mampu menjadi Masyarakat Siaga TORCH.
Tahap Post-Pelaksanaan Program :
1.    Melakukan kontrol program dengan bekerjasama dengan tenaga  kesehatan setempat di Desa Sanggrahan.
2.   Melakukan post-test (non randomized design) pada akhir program kepada kader yang telah terbentuk.
3.   Melakukan survey hasil sosialisasi dan melaporkan hasilnya pada Dinas Kesehatan.
4.  Penulisan laporan akhir program.
Secara keseluruhan bagan alir pelaksanaan program ini adalah sebagai berikut :

I.          JADWAL KEGIATAN PROGRAM
Jenis Kegiatan
Bulan 1
Bulan 2
Bulan 3
Bulan 4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
I.     Persiapan Program
















II.  Sosialisasi
















a.  Publikasi
















b.  Penyuluhan
















c.  Kuliah singkat
















       Toxoplasmosis
















       Rubella
















       CMV
















       HSV
















III.  Screening TORCH
















a.  Persiapan
















b. Screening
















c. Pembagian Hasil Lab
















IV. TORCH Camp
















a. Persiapan
















b. Camp
















V.  Pembentukan Komunitas
















VI. Penyelesaian
















a. Analisis Data
















b. Pembuatan Laporan

















J.                  RANCANGAN BIAYA
No
Jenis Pengeluaran Biaya
Banyak
Biaya Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
1.
Publikasi




Brosur


150.000,00

Spanduk


100.000,00

Buku Saku
100
5.000,00
500.000,00

Stiker


200.000,00

Pin


200.000,00

Poster


100.000,00

Banner


200.000,00

Baliho


500.000,00

Backdrop


200.000,00

Co-Card


150.000,00
                                                                                                Total         :        2.300.000,00
2
Administrasi




Kelurahan


250.000,00

Kesekretariatan


300.000,00

Sewa Rumah (TORCH Camp)
10
100.000,00
1.000.000,00

Sewa Balai Desa


250.000,00
                                                                                                 Total         :        1.800.000,00
3
Perlengkapan




Sewa LCD


200.000,00

Sewa Sound


300.000,00

Sewa Tenda (Bazaar Bebas TORCH)


300.000,00

Perlengkapan TORCH Camp (Permainan, dll)


300.000,00
                                                                                                 Total         :        1.100.000,00
4
Transportasi




Panitia
20
50.000,00
1.000.000,00

Pembicara
5
50.000,00
250.000,00
                                                                                                Total         :        1.250.000,00
6
Biaya Pembicara
5
250.000,00
1.250.000,00
7
Konsumsi




Penyuluhan (Snack)
50
3.000,00
150.000,00

Kuliah Singkat (Snack)
200
3.000,00
600.000,00

Skrining (Snack)
100
3.000,00
300.000,00

TORCH Camp (Snack+Makanan)
50
20.000,00
1.000.000,00

Pembentukan Komunitas (Snack)
50
3000,00
150.000,00
                                                                                                 Total         :        2.200.000,00
10
Dokumentasi




Biaya Cetak


100.000,00
                                                                                    Total  Seluruh     :        10.000.000,00




K.                DAFTAR PUSTAKA
Campbell, D. 2001. Efek Mozart: Memanfaatkan Kekuatan Musik. PT Gramedia Pustaka. Jakarta.
Demmler GJ. 1991. Infections Diseases Society of America and Centers for Disease control:Summary of a workshop on Surveillance for congenital cytomegalovirus disease. Rev Infect Dis. 13: 315-29.
Kenneson A, Cannon MJ. 2007. Review and metaanalysis of the epidemiology of congenital cytomegalovirus infection. Rev Med Virol. 17: 253-76.
Kovacs A, Schulchter M, Easley K. 1999. Cytomegalovirus and HIV-1 disease progression in infants born to HIV-1 infected women. N Eng J Med. 341: 77-84.
Prawitasari, J.E. 2002. Dasar-dasar Psikoterapi. Dalam Psikoterapi, Pendekatan konvensional & Kontemporer (Subandi Ed.).Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
L.              LAMPIRAN
1)      Daftar Riwayat Hidup Dosen Pembimbing
Nama   Lengkap (dengan gelar) : Raden Roro Upiek N.W.A,Dra., DAP&E., M.Kes.
Golongan/NIP                 : Golongan 3 C/196403281990032001
Jabatan Fungsional                      : Lektor
Jabatan Struktural                       : Kepala Laboratorium Parasitologi
Bidang Keahlian                         : Parasitologi (Toxoplasmosis)
Alamat Rumah                            : Jl. Raden Ronggo 8 Prenggan Kotagede ,Yogyakarta 
Telepon                                        : 08122692532
Yogyakarta, 11 Oktober 2010
Dosen Pembimbing,

(Dra.Rr. Upiek  N.W.A.,DAP&E.,M.KEs.)
NIP. 19471217 197403 2001
 
            Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari terdapat ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu syarat pengajuan proposal Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat DP2M Dikti 2011.






2)  Nama dan Biodata Ketua Serta Anggota
1.         Ketua pelaksana kegiatan
Nama                                       : Isti Anindya
NIM                                        : 07/251851/BI/07921
      Fakultas/Program Studi          : Biologi/Biologi
      Perguruan Tinggi                     : Universitas Gadjah Mada
Waktu untuk kegiatan PKM   : 6x4 jam/minggu
       Tempat, tanggal lahir               : Salido, 21 November 1989
        Alamat                                    : Jl. Kaliurang km.5, Pogung Baru D.8, Yogyakarta
       Telepon                                    : 081363266233
Yogyakarta, 11 Oktober 2010
Ketua,

( Isti Anindya )
NIM 07/251851/BI/07921

 
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu syarat pengajuan proposal Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat DP2M Dikti 2011.





2.         Anggota
Nama                                       : Fajar Sofyantoro
NIM                                        : 07/250086/BI/07893
Fakultas/Program Studi           : Biologi/Biologi
Perguruan Tinggi                     : Universitas Gadjah Mada
Jabatan                                    : Wakil Ketua
Waktu untuk kegiatan PKM   : 6x4 jam/minggu
Tempat, tanggal lahir               : Magelang, 03 Mei 1989
Alamat                                    : Lareangon no.15 ct 8 Karanggayan, Yogyakarta
Telepon                                    : 085643387735
Yogyakarta,11 Oktober 2010
Anggota,

( Fajar Sofyantoro )
NIM 07/250086/BI/07893
 
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu syarat pengajuan proposal Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat DP2M Dikti 2011.




Nama                                       : Rizko Hadi
NIM                                        : 07/252552/BI/08041
Fakultas/Program Studi           : Biologi/Biologi
Perguruan Tinggi                     : Universitas Gadjah Mada
Jabatan                                    : Humas
Waktu untuk kegiatan PKM    : 6x4 jam/minggu
Tempat, tanggal lahir                : Pekanbaru, 17 September 1988
Alamat                                      : Pogung Dalangan SIA 16/8/10, Yogyakarta
Telepon                                     : 085265497288
Yogyakarta,11 Oktober 2010
Anggota,

( Rizko Hadi )
NIM 07/252552/BI/08041

 
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu syarat pengajuan proposal Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat DP2M Dikti 2011.






Nama                                       : Sisca Ferlyna Nur Illahi
NIM                                        : 09/285132/BI/08304
Fakultas/Program Studi           : Biologi/Biologi
Perguruan Tinggi                     : Universitas Gadjah Mada
Jabatan                                    : Sekretaris dan Bendahara
Waktu untuk kegiatan PKM   : 6x4 jam/minggu
Tempat, tanggal lahir               : Bontang, 03 Februari 1991
Alamat                                     : Pogung Dalangan No.22B, Yogyakarta
Telepon                                    : 085250452732
Yogyakarta, 11 Oktober 2010
Anggota,

(Sisca Ferlyna Nur Illahi)
NIM 09/285132/BI/08304
 
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu syarat pengajuan proposal Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat DP2M Dikti 2011.





Nama                                       : Raden Aditya Aryandi Setiawibawa
NIM                                        : 10/296366/BI/08381
Fakultas/Program Studi           : Biologi/Biologi
Perguruan Tinggi                     : Universitas Gadjah Mada
Jabatan                                    : Pelaksana Teknis
Waktu untuk kegiatan PKM   : 6x4 jam/minggu
Tempat, tanggal lahir               : Bandung, 06 Maret 1992
Alamat                                     : Jl. Pandega Marta IV/No. 11A, Yogyakarta
Telepon                                    : 08562246506
Yogyakarta, 11 Oktober 2010
Anggota,

( R Aditya Aryandi S )
NIM 10/296366/BI/08381
 
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu syarat pengajuan proposal Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat DP2M Dikti 2011.





3)      Denah Lokasi  Pengabdian Masyarakat

Gambar 1. Peta Kota Mungkid, Kapubaten Magelang, Jawa Tengah